Teknologi informasi dan komuniasai kian lama semakin berkembang dengan pesatnya. Semakin banyak hal yang diwujudkan dari yang semula hanya sekedar harapan benar-benar menjadi realita, contohnya video call. Semula video call sangat dianggap tabu bagi mayoritas masyarakat, namun sekarang hal itu tidak lagi mustahil.
Tidak menutup kemunkingan pada bidang-bidang lain teknologi informasi dan komuniasi akan mengambil andil yang cukup besar bagi kemajuannya. Antara lain dibidang kedokteran atau medis, komunikasi, sains, dan lain-lain. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat
yang menuntut agar setiap kegiatan dapat dilakukan dengan efektif dan efesien.
Kemajuan pada segala bidang oleh teknologi informasi dan komunikasi tentunya akan menimbukan berbagai masalah, diantaranya adalah faktor keamanan. Teknologi yang sekarang dirasa masih kurang memadai dalam menangani masalaha yang ada meskipun sistem keamann yang digunakan sudah berlapis-lapis (multi level security system). Perlu adanya sebuah sistem keamanan baru yang tingkat privasinya sangat tinggi sehingga untuk mengaksesnya dibutuhkan semacam password khusus yang benar-benar original dan susah untuk dibuat tiruannya. Lalu bagaimana prediksi teknologi keamanan kedepan agar dapat mengimbangi perkembangan bidang-bidang lain karena teknologi informasi dan komunikasi ?
Semakin berkembang pesatnya teknologi inforamsi dan komunikasi dalam berbagai bidang akan selalu berbanding lurus dengan tidak kejahatan. Ini adalah efek samping dari perkembangan teknologi itu sendiri. Para pelaku kejahatan juga akan selalu memakai teknologi yang terbaru agar mudah mendapatkan target yang ia inginkan dengan meminimalisir resiko terendus oleh pihak berwajib (cyber crime). Untuk menghadapi tindak cyber crime yang merupakan efek samping dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, berikut adalah prediksi saya dalam bidang keamaan sebuah sistem yang berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi,khususnya dalam keamanan gedung dan brangkas.
Sudah menjadi hal biasa jika saat memasuki gedung perkantoran atau rumah dinas pejabat negara bahkan rumah hunian sekalipun memiliki sistem keamanan yang saat ini boleh dikatakan canggih. Misalnya seperti alarm, cctv, teknologi sensor sidik jari, suara, dan korea mata. Namun semua sistem keamanan diatas masih bisa ditembus oleh para pelaku tindak kriminal. Kemudian teknologi apa yang sekiranya dapat menekan tindak cyber crime yang mampu membobol sistem keamanan seperti diatas ? Salah satu kemungkinan jawabanya adalah sensor Deoxyibonucleic Acid atau DNA. Bagaimana cara kerjanya ? Sama halnya dengan yang dilakukan oleh para dokter pada ilmu kedokteran khususnya pada kasus-kasus otopsi, yang membedakan semua prosesnya dikerjaka oleh sebuah sistem. Caranya, pertama-tama sistem harus dikenalakan dengan DNA orang yang berhak memasuki gedung atau membuka brangkas dengan menggunakan sampel bagian dari tubuh. Tidak semua bagian tubuh bisa dijadikan sampel mengingat pemegang kunci (DNA yang berhak) masih bernyawa. Bagaian bagian yang mungkin digunakan sebagai kunci DNA adalah rambut, bulu-bulu harus pada tangan atau kaki, dan kemungkinan yang paling ekstrim adalah menggunakan darah. Yang membaca DNA dari bagian tubuh tersebut adalah sebuah mikroskop elektron yang sebisa mungkin ukuranya memadai (kecil). Kemudian setelah data DNA disimpan makan akan terciptalah gembok yang kuncinya adalah pengguna dengan DNA yang sama.
Setelah gembok tercipta, dapat dikatan bahwa sistem keamanan sudah selesai dibuat. Kunci otomatis adalah seorang yang mempunyai DNA yang sama dengan yang dimiliki oleh sistem. Cara pembacaanya, misalkan kita menggunakan sehelai rambut atau bulu. Ranbut atau bulu tersebut kita letakkan pada sebuah tabung kaca. Didalam tabung kaca tersebut nantinya akan dibaca oleh mikroskop elektektron menggunakan sebuah gelomabang. Data yang didapat dari pembacaan DNA yang masuk akan di sinkkronisasikan dengan data DNA yang sudah terdapat dalam sistem. Gembok akan terbuka jika DNA dinyatakan sama, namun sebaliknya gembok akan terus terkunci. Kemudian misalkan kita menggunakan darah. Alat yang digunakan hampir serupa dengan pemindai sidik jari atau finger print namun dilengkapi dengan jarum-jarum berukurang mikro dengan jumlah yang sangat banyak (paling mungkin menggunakan cahaya laser sebagai jarum). Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit saat jarum diinjeksikan. Darah akan mengalir dan menempel pada sebuah kaca. Sampel darah pada kaca tersebutlah yang akan dibaca oleh mikroskop elektron. Proses selanjutnya sama dengan menggunakan rambut atau bulu, namun untuk tingkat keamanan dan keakuratan maka darah akan lebih baik. Untuk memudahkan mengetahui proses pembacaan dan pencocokan data, skemanya adalah sebagai berikut.
Namun tidak akan pernah ada sebuah sistem keamanan yang 100 persen sempurana. Pasti ada banyak celah untuk menjebol sistem tersebut. Prediksi saya untuk kekurangan pada sistem sensor DNA yang pertama pada alatnya sendiri, yaitu pada komponen mikroskop elektron, mengingat teknologi sekarang belum ada mikroskop elektron yang berukuran portabel. Kedua, perlu ada sistem keamanan tambahan untuk menjaga database DNA yang sudah terekam dalam sistem keamanan yang sifatnya terpisah agar sulit ditembus. Ketiga prlunya administrator yang cukup memadai. Kemudian yang terakir masalah DNA itu sendiri. Telah diketahui DNA juga bisa didapat dari benda hidup yang sudah mati. Hal ini yang paling memungkinkan tindak kejahatan dilakukan, dengan membunuh salah satu pemegang kunci DNA dan membawa sampel dari bagian tubuhnya, maka subuah sistem akan mengijinkan pelaku kriminal tersebut masuk, karena ia dianggap memiliki DNA yang sama. Untuk mengatasi hal yang demikian seandainya benar terjadi, yang harus dilakukan adalah, pertama, administrator harus segera menghapus atau mengganti data DNA orang yang sudah meninggal. Kedua, dilakukan keamanan berlapis. Maksudnya disini tidak hanya menggunakan sensor DNA saja, melainkan juga dengan sensor sidik jari, garis tangan, suara, kornea mata, dan password user. Diharapka jika semua sistem dapat berjalan beriringan, maka tidak kriminal dapat diminimalisir.
Teknologi sensor DNA ini saya rasa sangat efektif mendatang karena kita telah mengetahui bahwa setipa makluk hidup mempunyai susunan DNA yang berbeda-beda. Bahkan pada makhluk hidup yang satu species DNA masih mempunyai segi unik antar masing-masing individu yang berbeda satu sama lain. Dari hal tersebut kita akan mendapatkan sebuah password alam yang akan sangat sulit untuk dituru bahkan dengan bahan kimia sintetis ( bahan kimia tidak mempunyai DNA melainkan hanya struktur zat kimia saja).
Semoga sistem sensor DNA pada sistem keamanan gedung dan brankas dapat menjadi kenyataan sebgai solusi sistem keamanan dimasa mendatang, meski untuk saat ini kedengarannya masih sangat tabu, bukan tidak mungkin 10 sampai 15 tahun bahkan bisa kurang dari itu, sistem keamanan yang berbasis pada DNA ini akan terwujud dan sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
0 comments:
Post a Comment