Film karya Dedy Mizwar ini cukup kontroversial menurut saya. Namun terlepas dari itu semua, film ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana reallita kehidupan dimasyarakat Indonesia sekarang. Film ini bercerita tentang seseorang yang sarjana, namun ia sulit untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Dari situlah ia mempunya ide untuk memulai sebuah pekerjaan. Uniknya, pekerjaan yang ia jalani bekerja sama dengan kawanan pencopet cilik. Ia bekerja sebagai manager kawanan pencopet tersebut, dengan kata lain ialah yang mengatur uang hasil copetan. Yang tidak kalah menarik adalah dia digaji dari hasil pekerjaan kawanan tersebut.
Namun berangkat dari niat hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Muncul niatan lain untuk dapat mengubah pekerjaan kawanan yang rata-rata adalah anak jalanan. Caranya dimulai dengan memberikan pembelajaran terhadap mereka tentang cara mengatur kuangan dengan baik dan benar. Tidak hanya sampai disitu ia juga memberikan pendidikan formal dan agama kepada kawanan itu. Pengajarnyapun merupakan teman sarjana ini yang sama-sama sarjana dan tidak memiliki pekerjaan. Tujuan ia melakukan itu adalah ia dapat merubah pekerjaan dari menyopet menjadi seorang wira usahawan, yaitu pengasong. Tentunya itu tidak mudah, apalagi setelah orang tua mereka mengetahui bahwa uang yang mereka dapatkan adalah uang "panas".
Pelajaran yang dapat saya tangkap dari film ini adalah, pertama kita harus jeli untuk melihat sebuah peluang, meskipun kecil agar dapat menjadi sesuatu yang menguntungkan. Kedua, jika kita mempunyai niatan baik, pastilah akan ada sebuah penghalang yang akan menghambat untuk kita melakukan tersebut. Ketiga mengadung kritikan terhadap pemerintahan kita saat ini. Dilihat dari seorang sarjana yang sulit untuk mencari pekerjaan sampai-sampai ia harus bekerja sama dengan pencopet. Ini menandakan ketidak mampuan pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja yang memadai. Terbatasnya lapangan pekerjaan, akan membuat para job seeker melakukan apa saja untuk mendapatkan pekerjaan, termasuk bertindak kriminal. Dan yang keempat adalah pesan untuk kita semua, sebaik-baik pekerjaan, kita harus tetap mencari pekerjaan yang halal dan tidak merugikan orang lain.
Kemudiam sebagai penutup, saya ingin menyampaikan harapan saya terhadap dunia perfilman di Indonesia. Marilah kita bersama-sama menghargai film yang didalamnya terdapat pesan moral yang membangun mental bangsa. Dan saya harap industri perfilman Indonesia terus dapat mengangkat tema-tema realita kehidupan sosial masyarakat kita sekarang. Jangan hanya membuat film yang jual "dada dan paha" itu sudah kuno ! Itu film kita zaman dulu ! Jelas tidak mendidik ! Untuk itu marilah kita bersama-sama memajukan perfilman diIndonesia dengan mendukung film-film yang berkwalitas.
0 comments:
Post a Comment