CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Friday 4 February 2011

CAT RICE ( NASI KUCING)


Entah sejak kapan nasi kucing ini menjadi populer di Indonesia khususnya di provinsi Jawa Tengah. Desas desus yang pernah saya dengar, nasi kucing berasal dari daerah Jogja dan Solo. Lain tempat lain lain pula sebutanya, namun kebanyakan daerah menyebutnya nasi kucing, karena memang porsinya sangat sedikit. Tetapi di daerah Solo, nasi kucing mempunyai nama Nasi Hik. Saya juga kurang begitu tahu dan mengerti apa maksud dan arti serta mengapa di sebut nasi “HIK”.



Seperti yang sudah saya tuturkan di atas nasi kucing atau nasi hik ini mempunyai porsi yang sangat sedikit. Ditinjau dari segi tampilan nasi kucing mirip dengan nasi bungkus biasa, dia dibungkus dengan kertas minyak atau pun daun pisang. Dari segi lauk yang disediakan, biasanya warung-warung nasi kucing menyediakan 2 versi nasi kucing, yaitu yang berlaukkan tempe kering dan mie, atau sambal teri. Kebanyakan hanya 2 lauk itu saja, saya juga belum menemukan lauk-lauk lain yang disertakan dalam paket penjualan nasi kucing. Tetapi jika Anda mulai “nek” atau mual karena hanya dengan lauk yang itu-itu saja tidak perlu risau tidak perlu khawatir. Gerobak nasi kucing biasanya juga menyediakan additional lauk yang bermacam-macam, mulai dari goreng-gorengan, hingga sate-satean ( yang serba ditusuk).





Sebungkus nasi kucing dihargai mulai dari 1000 rupiah hingga 2000 rupiah. Lagi-lagi lain daerah lain pula tarifnya (seperti angkot). Jika dilihat sekilas memang murah, namun dari kacamata saya sebagai seorang mahasiswa yang juga orang yang merantau, saya fikir nasi kucing itu dapat dikatakan jajanan yang bisa dikatakan mahal nenurut kantong anak kost. Mengapa demikian ? Kita cek satu persatu. Pertama seperti yang telah kita ketahui sebelumnya porsi nasi kucing memang sangat sedikit. Saya memperkirakan, untuk mengenyankan perut anak usia 6 tahun perlu kurang lebih 5 bungkus nasi kucing, yang artinya keluar uang sebesar 5000 rupiah. Belum lagi aksesoris nasi kucing yang sangat menggoda, seperti gorengan dan sate-sateannya itu, serta ditambah minuman semakin mengeruk dompet ketika makan di warung nasi kucing. Contohnya saya. Sekali saya makan di warung nasi kucing biasanya saya menghabiskan 3 bungkus nasi, 4 gorengan, 4 sate usus, dan segelas es the manis. Jika di asumsikan 1 bungkus nasi 1000 rupiah, 1 gorengan 500 rupiah, 1 sate 1000 rupiah, dan 1 gelas es the manis 1500 rupiah berarti tiap kali saya nongkrong alias cangkrukan di warung nasi kucing saya mengeluarkan uang sebesar 10.500 rupiah. Sungguh mahal bagi kantong sorang anak kost. Inilah yang menjadi kesimpulan saya, mengapa saya sulit menemukan warung nasi kucing di Jawa Timur khususnya Surabaya, karena menurut saya, di Jawa Timur pada umumnya hanya dengan 6000 rupiah kita sudah dapat makan nasi goreng dengan porsi yang benar-benar JUMBO plus es the manis. Mungkin porsi orang Jawa Timur dengan orang Jawa Tengah berbeda.



Namun ada segi lain yang positif dari nasi kucing untuk mengimbangi harganya yang murah tetapi mahal itu. Yaitu warung nasi kucing sering dijadikan tempat berkumpul dan bersosialisasi anak-anak muda, menjalin ikatan dan mempererat tali pertemanan. Salah satu aspek positif yang dibawa oleh sebuah gerobak nasi “kucing”. Biasanya para remaja sudah nongkrong di warung nasi kucing dari sore hari hingga malam hari (baik asalkan tidak melakukan hal yang “aneh-aneh”). Meskipun dia hanya memesan 1 gelas es the manis, itu sudah cukup membuat warung nasi kucing tersebut ramai sesak, dan menarik perhatian orang yang lewat. Dari sudut pandang pedagang juga ini menjadi faktor yang sangat menguntungkan. Tidak perlu mengeluarkan uang untuk melakukan promosi dagangannya. Kerana dari satu remaja yang nongkrong lalu kemudian klop dengan warung nasi kucing tersebut, maka akan datang puluhan remaja lain yang akan menjadikan warung nasi kucing itu sebagai basecamp.


Terakhir adalah analisa dan pesan dari saya. Jika Anda lapar dan memerlukan makanan dengan porsi yang cukup banyak, khususnya bagi mahasiswa yang ada didaerah Jawa Timur, jangan sekali-kali masuk warung nasi kucing jika Anda semua tidak ingin kecewa. Keculia ada warung nasi kucing yang sudah berevolusi mengikuti tradisi Jawa Timur. Namun jika ada hanya ingin nongkrong dan mencari makanan untuk sekedar mengganjal perut yang lapar ataupun untuk sekedar menyeruput secangkir kopi, tidak ada salahnya ada duduk dan memesan pesanan di warung nasi kucing.

Thursday 3 February 2011

Reality Show

Terus terang saja saya sudah jaran menonton televisi semenjak duduk dibangku kuliah. Ketika di rumah karena tidak ada kegiatan, saya nyalakan televisi kecil yang ada dikamar saya. Mungkin karena saya sudah jarang memonton tv, untuk melihat acara dalam stasiun televisi selama 5 menit saja sudah membuat bosan dan bingung. Berkali-kali saya tekan tombol pada remote berharap menemukan acara yang sesuai, apa mau dikata, semua acara tidak ada yang cocok dengan selera saya. Bukan acara yang ada itu buruk, tetapi kelihatanya acara yang ada di semua stasiun televisi hampir sama, apalagi reality show. Hampir semua saluran televisi memunyai acara sejenis ini dan itu sangat diminati.

Akhirnya saya memutuskan untuk menonton salah satu reality show. Tidak asal nonton, saya perhatikan acara tersebut dengan seksama hingga muncul dalam benak saya sebuah pertanyaan. Apakah acara itu benar-benar real atau hanya fiktif belaka ? Jika ia merupakan fiktif, berarti telah terjadi penipuan dan pembodohan publik selama ini. Hal ini yang membungukan saya. Saya tetap melanjukan untuk menonton acara tersebut dan sejenak melupakan unek-unek yang ada dalam fikiran saya. Semakin lama saya menonton makin banyak hal ganjil yang saya temukan dalam acara tersebut. Semua yang ditampilakan selalu pas dan tepat sesuai keadaan yang ada, bahkan saya menangkap seperti memang ada sebuah alur yang sudah direncanakan. Pertemuan orang pertama, kemudian pertemuan terhadap orang kedua, timbul masalah, kemudian orang ketiga atau keempat sebagai kunci dari permasalahan, semuanya seperti telah diatur dan di rencanakan secara matang sebelumnya. Muncul lagi pertanyaan dalam diri saya. Apakah ini benar-benar sebuah acara yang mengangkat realita yang ada ?

Esok hari saya coba untuk mencari acara yang sejenis namun berbeda stasiun televisi. Kali ini agak berbau religi, namun tetap sama dibawah payung reality show. Kembali saya perhatikan acara tersebut secara seksama. Kesimpulan yang sama saya dapati dari acara ini meskipun berbau religi. Semuanya seperti sudah di scenario sebelumnya. Terlepas dari nyata atau rekayasa, apa sebenarnya tujuan realiti show ini. Jika acara ini memang pure realiti show dan bertujuan untuk membantu sesorang yang mempunyai masalah, mengapa setiap episodenya hampir semua terkesan seperti di scenario, serba kebetulan dan kebetulan itu terjadi berulang-ulang, bukankah ini namanya pembodohan publik ? Lalu, jika bertujuan untuk memberi gambaran, contoh, atau untuk menyapaikan sebuah pesan moral, mengapa harus berada dalam payung realiti show ? Sebuah serial juga bisa untuk menyampaikan pesan tersebut.

Sebenarnya saya tidak terlalu memusingkan hal ini, hanya agak geli melihat sebuah acara yang di cap sebagai realiti show, kok saya melihatnya bukan seperti realiti show, malah terkesan sebagai drama yang dimaikan dan diperankan secara apik dan terstruktur. Disini saya hanya mencari kebenaran yang ada, dan tidak ingin memojokkan pihak-pihak tertentu. Melihat hal ini saya hanya berharap, tolong agar acara di stasiun televisi itu sebaiknya menampilkan hal yang positif-positif saja, jangan ada lagi acara yang tidak mendidik dan terkesan pembodohan masal. Bolehlah ada realiti show, mengingat acara jenis ini sangat diminati. Tapi mbok ya tolong buat acara realiti show yang benar-benar real. Kami sebagai penikmat acara juga selamanya tidak bisa di bohongi terus menerus. Kami berfikir terhadap acara yang ditayangkan. Oleh karena itu, hanya satu harapan saya terhadap dunia pertelevisian, terutama di Inonesia. Semoga acara-acara yang ditanyankan semakin berkualitas, karena kami “pemirsa setia Anda” juga semakin cerdas.

Tuesday 1 February 2011

Mas Aku pengen kuliah. Tapi . . .

Libur semester merupakan libur yang paling dinantikan oleh para mahasiswa di Indonesia begitu juga saya. Namun libur kali ini terasa berbeda, mengapa ? Selain ini merupakan libur semester pertama saya dibangku perkuliahan, tetapi liburan kali ini akan saya lalui dengan kegiatan yang berbeda dari liburan yang sebulumnya. Kegiatan yang akan menyibukkan saya adalah mempromosikan perguruan tinggi saya tempat dimana saya kuliah ke SMA-SMA yang ada di Kabupaten tempat saya berasal. Tentu ini tidak saya lakukan sendirian, karena saya akan bergabung dengan teman-teman dari IKMP Surabya atau Ikatan Keluarga Mahasiswa Pati Surabaya.

Kami berpromosi dari sekolah satu ke sekolah yang lainnya, dari SMA satu ke SMA lainya, dari MA satu ke MA lainya, bahkan dari SMK satu ke SMK lainya. Memang kami tidak mengunjungi seluruh sekolah menengah yang ada di kabupaten tempat saya tinggal, hanya di sekolah dimana terdapat siswanya yang kuliah di Surabaya. Tetapi sebenenarnya bukan itu yang penting dari perjalan promo yang saya lakukan, bukan pula tetang cara saya untuk berpromosi. Ini soal motivasi. Mungkin dari 10 sekolah yang saya kunjungi 7 diantaranya adalah sekolah pinggiran, dan setiap saya mengajukan pertanyaan apakah mau melanjutkan kebanggu perkuliahan, betapa terkejutnya saya hanya 20 persen dari setiap kelas yang mengacungkan tangan tanda ingin melanjutkan. Kemudian saya kembali bertanya, apa yang membuat mereka tidak ada keinginan untuk melanjutkan pedidikan. Serentak mereka menjawab, “TIDAK ADA BIAYA KAK !”. Saya tidak mengjukan pertanyaan lagi.

Biaya merupakan salah satu alasan klasik selain akan menikah ( terutama siswi) bagi siswa sekolah menengah atas atau setingkatnya. Saya sendiri tidak mengatahui mengapa masih banyak siswa yang berfikir kalau kuliah itu mahal, padahal banyak beasiswa dimana-mana. Apakah mereka kurang motivasi, atau mereka memang disuruh menikah, atau quota beasiswa yang terbatas membuat mereka enggan untuk melajutkan pendidikan. Ketiga hal ini yang tidak berhenti saya fikirkan meskipun acara promo sudah berakhir. Jika faktor ketiga yang menjadi problem, kenapa tidak diperbanyak quota beasiswa itu. Sangat disayangkan, padahal banyak putra-putri bangsa yang berpotensi tidak bisa melanjutkan pendidikan.

Fenomena beasiswa susah ini mungkin sudah lama tertanam pada mind set siswa-siswa sekarang. Saya tidak tahu harus menyalahkan siapa dalam hal ini. Apakah para siswa yang memang malas mencari ataukan quota beasiswa khususnya beasiswa dari pemerintah memang terbatas. Saya tidak mau memusingkan hal itu. Tetapi kembali lagi soal motivasi untuk melanjutkan pendidikan. Para siswa khususnya siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu dan dari daerah “pinggiran” seperti tidak mempunyai gambaran untuk melajutkan pendidikan. Siswa perlu dimotivasi lebih agar mereka mempunyai semangat untuk melajutkan pedidikan kenjang yang lebih tinggi. Menurut saya semua orang behak melanjuktan pendidikan dan dibiayai oleh negara. Tidak hanya siswa yang pandai saja, lebih kepada para siswa yang mempunyai semangat untuk belajar. Semangatlah yang lebih penting dari pada yang lain. Masalah siswa itu pintar atau tidak yang penting ia mempunyai semangat yang besar untuk melanjutkan pendidikan. Yang penting ada yang bersedia memfasilitasi terutama dari instansi pemerintah.

Harapan saya jika tahun depan saya diberi kesempatan untuk breafing di sekolah-sekolah. Saya tidak ingin mendengar lagi banyak yang siswa yang tidak ingin melanjutkan pendidikan khususnya bangku perkuliahan karena masalah biaya. Karena semua itu tergantung oleh niat. Kemudian yang kedua, saya menghimbau kepada pemerintah untuk memberikan beasiswa yang lebih banyak agar para siswa-siswi SMA atau yang sederajat dapat melanjutkkan pendidikan, tidak hanya kepada meraka yang pandai dan berprestasi, tapi lebih ditekankan kepada mereka yang mempunyai semangat yang besar agar mereka mampu mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dan dapat merubah nasib. Karena mereka juga merupakan harapan bangsa. Jangan sampai mereka yang mempunyai semangat terabaikan dan tak diberi kesembatan. Dan yang ketiga, saya tujukan kepada teman-teman siswa-siswi sekolah menengah atas, jangan putus harapan, jangan terburu mengurungkan niat untuk tidak melanjutkan pendidikan karena biaya. Karena kalau kalian mempunyai semangat yang besar, insya-allah itu semua bukan menjadi masalah, asalkan kalian mau berusaha.

Terakhir doa saya untuk negara tercinta ini. INDONESIA. Semoga Indonesia menjadi negara yang bebas dari korupsi. Sehingga anggaran yang dikorupsi itu dapat untuk membiayai pendidikan putra-putri bangsa yang mempunyai semangat untuk terus belajar, untuk memajukan negeri ini menjadi lebih baik. Dan semoga dunia pendidikan lebih dinomor satukan dari pada yang lain. Suatu bangsa akan lebih bermatabat dimata negara lain dan lebih utama dimata Tuhan, jika rakyatnya berpendidikan. Karena jika suatu kaum berpendidikan tinggi, otomatis adab dan moralnya akan baik pula. Itulah yang akan membawa suatu bangsa kepada masa kejayaan. Aminnn.


Hiduplah Bangsaku. Hiduplah Indonesia. Indonesia Jaya Selalu.